Ada 18 Motif Batik Rifaiyah
1. Ragam Hias Pelo Hati
Menurut Miftakhutin, ragam hias Pelo hati ini yang satu-satunya masih dapat terungkap pemaknaan di belakang gambarnya, tapi belum secara totalitas.
Ragam Hias batik Pelo Hati menurut Soekma Yeni Astuti (2006) yaitu:
- Unsur utama pada motif Pelo Ati yaitu bentuk burung;
- Bentuk burung menyerupai bentuk ayam dilihat dari bentuk badan dan jambul, penggambaran bentuk burung terpenggal pada bagian kepala sesuai dengan kepercayaan masyarakat Rifa’iyah, dimana kaidah agama islam menganjurkan agar penggambaran wujud makhluk hidup tidak digambarkan secara utuh;
- Dinamakan Pelo Ati karena ada wujud Pelo Ati yang menjadi bagian tubuh burung dan terletak di tengah sebagai tubuh burung tersebut;
- Keseluruhan bagian tubuh juga diisi cecekan yang berwarna lebih muda dibandingkan warna dasar tubuh. Warna tubuh burung yaitu merah atau biasa disebut bang-bangan. Bentuk ekor terlihat menempel memanjang tiga perempat bagian tubuh;
- Keseluruhan motif Pelo Ati berwarna putih dengan tanahan bagian tepi Liris dan ditengah-tengah motif berlatar putih terkadang juga diisi dengan isian ikal kecil-kecil yang biasa disebut dengan materos;
- Keseluruhan motif Pelo Ati bang biru berwarna biru dengan bunga dan daun-daunannya diberi rentesan(titik-titik kecil).
- Motif Pelo Ati dipenuhi bunga dan daun-daunan;
- Motif Pelo Ati berada di atas motif Liris yang kemudian seolah menjadi latar dari motif Pelo Ati.
Ragam hias batik Pelo Ati memiliki pamaknaan yang berisikan
dakwah ajaran Syaikh Ahmad Rifa’i mengenal ilmu Tasawuf yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
- Pada ragam hias Batik Pelo Ati terdapat gambar burung peacock yang kepalanya terpacung dan di dalam badannya ada hati.
Menurut Bapak Haji Ali Nahri mengatakan bahwa disini diartikan bahwa
manusia ibaratnya binatang, yang membedakannya adalah hatinya, dimana
dalam hati terdapat delapan sifat manusia yang tercantum dalam kitab
Tarajumah, yaitu zuhud, qana’at, shabar, tawakal, mujahadah, ridla,
syukur dan ikhlas.
Ahmad Rifa’i RA. Menyatakan dalam kitabnya Asnal Maqashid :
“Di antara sifat-sifat terpuji menurut syara’a itu ada delapan yaitu
zuhud, qana’ah, shabar, tawakal, mujahadah, ridla, syukur dan ikhlas,
yang semuanya mengandung makna kahauf (takut), mahabbah (rasa cinta),
dan makrifat (perenungan kepada Allah) (Asnal Miqashad 11/407). (Saad,
Mukhlisin, 2004: 19, Penerjemah; H. Ahmad Syadzirin Amin)
- Pada ragam hias Batik Pelo Ati terdapat gambar ampela yang digambar di luar tubuh burung peacock tersebut, hal tersebut menurut Bapak Haji Ali Nahri dimana ampela itu adalah tempatnya kotoran, yang harus dibuang, yaitu sifat-sifat tidak baik manusia yang terdapat dalam kitab Tarajumah, yaitu hubbu al-dunya, thama’, itba’ al-hawa, ‘ujub, riya, takabur, hasud dan sum’ah.
Dalam kitab Tarajumah, Asnal Miqashad: II/408; “Keterangan
sifat-sifat yang merusak hati manusia menurut syara’ yaitu 8 (delapan)
perkara yang akan diterapkan, hubbu al-dunya, thama’, itba’ al-hawa,
‘ujub, riya’, takabur, hasud dan sum’ah. Maka hati akan mengetahuinya
nanti, Insya Allah berkat pertolongan Allah dan barakah nabi Muhammad
SAW.” (Saad, Mukhlisin, 2004: 19-20, Penerjemah; H.Ahmad Syadzirin Amin)
- Pada ragam hias Batik Pelo Ati terdapat gambar ampela yang digambar di luar tubuh burung peacock tersebut, hal tersebut menurut Bapak Haji Ali Nahri dimana ampela itu adalah tempatnya kotoran, yang harus dibuang, yaitu sifat-sifat tidak baik manusia yang terdapat dalam kitab Tarajumah, yaitu hubbu al-dunya, thama’, itba’ al-hawa, ‘ujub, riya, takabur, hasud dan sum’ah.
Dalam kitab Tarajumah, Asnal Miqashad: II/408; “Keterangan
sifat-sifat yang merusak hati manusia menurut syara’ yaitu 8 (delapan)
perkara yang akan diterapkan, hubbu al-dunya, thama’, itba’ al-hawa,
‘ujub, riya’, takabur, hasud dan sum’ah. Maka hati akan mengetahuinya
nanti, Insya Allah berkat pertolongan Allah dan barakah nabi Muhammad
SAW.” (Saad, Mukhlisin, 2004: 19-20, Penerjemah; H.Ahmad Syadzirin Amin)
Kepala burung peacock digambar terpisah dengan tubuhnya, terpenggal dari badannya.
Menurut Bapak Haji Ali Nahri hal tersebut dikarenakan pada hukum
islam ajaran Syaikh Ahmad Rifa’i dilarang penggambaran makhluk hidup
selain tumbuh-tumbuhan untuk pakaian, kecuali sudah menjadi bangkai atau
apabila dihidupkan tidak dapat hidup karena bagian tubuhnya terpotong.
2. Ragam Hias Batik Kawung Dollar
Ragam hias batik, Kawung Dollar menurut Soekma Yeni Astuti (2006) yaitu :
- Tergolong motif ceplok yang tersusun dari bentuk bentuk bulat lonjong, atau elips, dengan susunan memanjang menurut garis diagonal miring ke kiri atau ke kanan secara berselang-seling.
- Dinamakan ragam hias Kawung Dolar karena bentuk tanahan berupa lingkaran warna coklat muda yang mirip dengan bentuk uang logam tampak atas, disusun teratur memenuhi permukaan kain sekaligus menjadi ragam hias tanahan, yang diatasnya terdapat stilasi bentuk tanaman secara melingkar.
Ragam hias ini tersusun dari ragam hias pokok berupa stilasi flora;
tanaman bunga sepatu dan ragam hias isiannya adalah sisik, sawud, tutul
dengkeng, grandil, wuni-wunian dan Fauna.
3. Ragam Hias Batik Materos Satrio
Ragam hias batik Materos Satrio menurut Soekma Yeni Astuti (2006) yaitu :
- Materos adalah nama motif-motif ukel kecil-kecil yang dibuat dengan telaten dan luwes.
- Menurut Ali Nahri, motif materos adalah penggambaran tanaman merambat kecil-kecil yang tersusun rapi dan saling terkait seperti gambaran kehidupan yang mengandung arti peseduluran atau jalinan persaudaraan yang tak pernah putus.Bisa juga diartikan harapan kehidupan yang makmur ditengah kekerabatan yang terjalin dan tak pernah putus.
- Dahulu Ragam hias ini di Kalipucang biasanya dipakai sebagai hantaran pengantin
4.Ragam Hias Batik Romo Gendhong.
Ragam hias batik Romo Gendhong menurut Soekma Yeni Astuti (2006) yaitu :
- Motif Romo Gendhong memiliki lataran yang berbentuk ukel bunga yang kemudian diteruskan dengan motif yang sama diatasnya dan saling terkait.
- Ragam hias utama motif ini adalah ragam hias sawud, srek dan wuni-wunian.
- Motif ini termasuk golongan motif batik buketan Penggambaran bentuk tumbuhan yang diduga tumbuhan mlinjo. Stilasi Floral dari tumbuhan mlinjo tersebut terdiri dari berbagai macam daun dan bunga
5. Ragam Hias Batik Tambal
Menurut H. M Romi Oktabirawa, motif Tambal pada umumnya adalah untuk penebusan dosa, tetapi menurut museum batik Pekalongan bahwa motif Tambal adalah untuk orang sakit.
6. Ragam Hias Batik Kota Kitir
Ragam hias batik Kota Kitir menurut Soekma Yeni Astuti (2006) yaitu :
- Motif Kota Kitir ini bermotif geometrik, bentuk kotak atau persegi empat dengan ukuran yang sama, distilasi menjadi seperti bentuk kincir, menjadi tanahan dari batik Kota Kitir yang sekaligus menjadi nama motif dari batik ini.
- Diantara kincir tersebut diberi ornamen stilasi hewan dan tumbuhan.
- Motif stilasi dan daun serta distorsi bentuk burung sangat jelas menumpuk background
- Bentuk background yang tersusun secara geometrik terlihat kontras dengan motif stilasi bunga dan burung.
- Pergantiannya terdapat pada warnanya yang sulit dibedakan dengan warna background yang terkesan mendominasi permukaan kain.
7. Ragam Hias Batik Gemblong Sairis
Ragam hias batik Gemblong Sairis menurut Soekma Yeni Astuti (2006) yaitu :
- Ragam hias Gemblong Sairis termasuk kelompok ragam hias geometrik dengan bentuk belah ketupat yang tersusun rapi berjajar menyamping (berbanjar).
- Bentuk ini terangkai dari garis yang saling-silang membentuk motif geometrik belah ketupat yang diatasnya terdapat motif utama yaitu stilasi hewan dan tumbuhan, serta didalam belah ketupatnya diisi dengan isen-isen, tutul dengkeng, watu pecah, uruni-urunian dan semarangan.
8. Ragam Hias Batik Gendhakan
Menurut Miftakhutin, ragam hias Batik Gendhakan ini disebut juga ragam hias Batik Pohon Kehidupan.Hal
ini dikarenakan menggambarkan pepohonan yang tinggi, besar, banyak
cabang sehingga bermanfaat bagi sesama makhluk hidup.Kata Pohon
Kehidupan ini bersumber dari hasil perbincangan Miftakhutin dengan salah
satu pembeli batik tiga negeri dari India.
Ragam hias batik Gendhakan menurut Soekma Yeni Astuti (2006) yaitu :
- Dahulu digunakan sebagai motif pagi-sore, banyak diminati oleh remaja putri sebagai motif kain panjang pada saat itu dan digunakan sebagai hantaran pengantin.
- Menggambarkan kehidupan masyarakat Rifa’iyah yang ada di daerah pedalaman dan masih terdapat banyak tumbuhan/ pepohonan yang tinggi besar dan banyak cabang.
- Kebanyakan terdapat pada kain panjang dan jarik.
- Gambarnya merupakan tilasi dari keseluruhan pohon beringin, dimana cabangnya digambarkan besar-besar untuk menggambarkan kekuatan dan kekokohan pohon Ringin Runggat, dan beberapa bentuk burung.
- Tanahan putih polos dan mempunyai isian yang bermacam-macam seperti kembang tiba, kepyur, cacah gori dan pitek mabur.
Comments
Post a Comment