'.
Masyayarakat Sunda pada jaman Pakuan Pajajaran sebenarnya sudah mengenal ragam corak kain dan batik sejak awal abad ke-16. Hal itu tertulis dalam naskah "Siksa Kandang Karesian" dari jaman Pakuan Pajajaran yang menyebutkan berbagai macam corak lukisan (tulis) dan kain. seperti:
Kembang Mu(n)cang, Gagang Senggang, Sameleg, Seumat Sahurun, Anyam Cayut, Sigeji, Pasi, Kalangkang Ayakan, Poleng Re(ng)ganis Jaya(n)ti, Cecempaan, Paparana-kan, Mangin Haris, Sili ganti, Boeh Siang, Bebernatan, Papakanan, Surat Awi, parigi nyengsoh. gaganjar, lusian besar, kampuh jaya(n)ti, hujan riris, boeh alus, ragen panganten; dan beragam macam kain lainnya.
Ssementara ahli kain disebut : " Pangeuyeuk"
Meski tak ada peninggalan ragam kain atau batik masa itu, di Bogor ditemukan beberapa helai kain batik berusia sekitar 200 tahun.
Kenyataan sejarah yang menguatkan bahwa Pakuan (Bogor) sebagai pusat pemerintahan Sunda sekaligus pusat kebudayaan Sunda pada jaman itu adalah tradisi tahunan yang disebut kuwera bakti, dimana pada event itu setiap raja daerah diwajibkan hadir di Pakuan dengan membawa barang hantaran sebagai tanda bakti kepada Pakuan, diantara barang hantaran adalah : Kapas timbang sebagai bahan dasar membuat kain.
Orang Portugis yang bernama Tome Pires yang pernah berkunjung ke Pakuan Pajajaran ( tahun 1518) menuliskan catatannya : " melalui pelabuhan pelabuhan kerajaan Sunda di pesisir utata, kegiatan kegiatan ekonomi dalam perdagangan ekspor dan impor yang bersifat internasional (Terutama dengan India, Cina Dan Maladewa/Afrika) . Diantara barang barang impor dan dibeli di Sunda yaitu berbagai macam cita dari katun dan kebanyakan berwarna putih, seperti ; Synhavas, Pachaulezes, Balachos (belacu), Atobalocos. Juga jenis kain dari Keling (India) seperti : Enrrolades, Ladrillo,. Sementara dari Cambay kain kain : Turias, Tiricandles, Caides dalam jumlah yang besar.
Masyayarakat Sunda pada jaman Pakuan Pajajaran sebenarnya sudah mengenal ragam corak kain dan batik sejak awal abad ke-16. Hal itu tertulis dalam naskah "Siksa Kandang Karesian" dari jaman Pakuan Pajajaran yang menyebutkan berbagai macam corak lukisan (tulis) dan kain. seperti:
Kembang Mu(n)cang, Gagang Senggang, Sameleg, Seumat Sahurun, Anyam Cayut, Sigeji, Pasi, Kalangkang Ayakan, Poleng Re(ng)ganis Jaya(n)ti, Cecempaan, Paparana-kan, Mangin Haris, Sili ganti, Boeh Siang, Bebernatan, Papakanan, Surat Awi, parigi nyengsoh. gaganjar, lusian besar, kampuh jaya(n)ti, hujan riris, boeh alus, ragen panganten; dan beragam macam kain lainnya.
Ssementara ahli kain disebut : " Pangeuyeuk"
Meski tak ada peninggalan ragam kain atau batik masa itu, di Bogor ditemukan beberapa helai kain batik berusia sekitar 200 tahun.
Kenyataan sejarah yang menguatkan bahwa Pakuan (Bogor) sebagai pusat pemerintahan Sunda sekaligus pusat kebudayaan Sunda pada jaman itu adalah tradisi tahunan yang disebut kuwera bakti, dimana pada event itu setiap raja daerah diwajibkan hadir di Pakuan dengan membawa barang hantaran sebagai tanda bakti kepada Pakuan, diantara barang hantaran adalah : Kapas timbang sebagai bahan dasar membuat kain.
Orang Portugis yang bernama Tome Pires yang pernah berkunjung ke Pakuan Pajajaran ( tahun 1518) menuliskan catatannya : " melalui pelabuhan pelabuhan kerajaan Sunda di pesisir utata, kegiatan kegiatan ekonomi dalam perdagangan ekspor dan impor yang bersifat internasional (Terutama dengan India, Cina Dan Maladewa/Afrika) . Diantara barang barang impor dan dibeli di Sunda yaitu berbagai macam cita dari katun dan kebanyakan berwarna putih, seperti ; Synhavas, Pachaulezes, Balachos (belacu), Atobalocos. Juga jenis kain dari Keling (India) seperti : Enrrolades, Ladrillo,. Sementara dari Cambay kain kain : Turias, Tiricandles, Caides dalam jumlah yang besar.
Comments
Post a Comment